Siapa yang tak
kenal dengan KH. Maimoen Zubair, KH. Said Aqil Siradj, KH. Ma’ruf Amin, dan
sederet tokoh penting negeri ini yang berasal dari kalangan ulama’, disamping
tokoh-tokoh yang lain yang tak dapat diabaikan dan patut untuk dijadikan
teladan dan guru kehidupan, sebut saja misalnya almarhum guru bangsa, KH.Abdurrahman Wahid. Mereka semua adalah orang-orang yang memiliki ilmu
pengetahuan dan pemahaman agama yang luar biasa, aplikasi konsep ilmu agama dan
keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, sungguh mampu menyadarkan banyak orang
akan pentingnya saling menghormati, mendahulukan kepentingan umum dan orang
banyak dibanding kepentingan diri sendiri dan golongan, memberikan ruang yang
cukup dan ruang yang sama kepada setiap orang untuk senantiasa mengembangkan
bakat, pengetahuan dan bahkan pengembangan karir.
Teladan kehidupan
para guru bangsa tersebut, selayaknya menjadi bahan muhasabah bagi kita
semua, sampai sejauh mana kita bisa meneladai kearifan, kebijaksanaan, sikap
dan akhlak yang beliau tampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita ambil
satu atau dua nama dari sederet nama tersebut di atas, karena tidak mungkin
bagi kita, membahas seluruh nama-nama tersebut, sedangkan ruang yang kita punya
sangat terbatas.
Pertama, KH. Abdurrahman Wahid, tokoh Islam kharismatik, ‘nyeleneh’ dan kontroversial
ini, telah banyak memberikan pelajaran penting pada bangsa dan Negara kita
tercinta, sejak semasa beliau hidup, berkarya, memimpin negeri ini,
bahkan sampai beliau wafat, yang kehadirannya kini dirindukan oleh banyak orang.
bahkan sampai beliau wafat, yang kehadirannya kini dirindukan oleh banyak orang.
Almarhum KH.
Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, menelorkan banyak pemikiran,
konsep, pelajaran penting, pendapat dan ide brilian, sampai pada beberapa
keputusan yang dapat mengantarkan banyak orang di negeri ini, pada taraf hidup
yang baik dan luar biasa. Enam tahun memperingati hari wafat beliau, beberapa
kajian, seminar dan kegiatan ilmiah digelar, guna mengenang jasa dan seluruh
perjuangan beliau semasa hidup. Banyak orang yang berpendapat, bahwa walaupun
Gus Dur sudah lama wafat, namun keberadaan beliau hingga kini masih dirasakan
banyak orang. Satu contoh kecil, misalnya, setiap orang yang berziarah pada
Sembilan Wali (wali songo), maka tempat terakhir yang dikunjungi oleh peziarah
adalah makam Gus Dur. Contoh yang lain, di sekitar jalan masuk tempat Gus Dur
di makamkan, banyak tumbuh dan menjamur penjual dan pedagang kaki lima, yang
menjual pernak-pernik khas Gusdurian (penggemar Gus Dur), mereka pun merasakan
manfaat yang luar biasa. Keberadaan Gus Dur di dunia, telah banyak memberikan
pelajaran berharga kepada banyak orang, perjuangan kaum minoritas serta sederet
perjuangan yang lain, yang kesemuanya sungguh benar-benar dirasakan oleh banyak
orang, pun ketika beliau telah wafat dan meninggalkan dunia ini, keberadaan
beliau masih saja dirasakan oleh banyak orang, terutama orang-orang yang berada
di sekitar tempat beliau dimakamkan.
Ke dua, KH, Maimoen Zubair, atau yang akrab disapa Mbah Moen. Ulama’ dan sekaligus orang yang menjadi rujukan para ulama’ ini dikenal alim, rendah hati, sabar, amanah, jujur, kharismatik dan dihormati. Kedalaman pengetahuan yang beliau miliki, sungguh patut untuk kita jadikan teladan dan kita contoh dalam kehidupan, kharisma Mbah Moen bukan hanya dikenal oleh orang di negeri ini, namun kerendah hatian beliau menjadikan banyak orang di luar negeri, banyak perguruan tinggi di luar negeri, banyak lembaga tinggi di luar negeri yang berebut ingin mendapat restunya untuk memberinya gelar Doktor Honoris Causa (HC). Namun, apa yang disampaikan Mbah Moen, beliau tetap menolak dan enggan untuk diberi gelar Doktor HC, sebaliknya beliau mengatakan bahwa lebih nyaman untuk tetap belajar, mengaji dan menyalurkan ilmu pengetahuan kepada santri-santrinya, yang jumlahnya ribuan.
Ke dua, KH, Maimoen Zubair, atau yang akrab disapa Mbah Moen. Ulama’ dan sekaligus orang yang menjadi rujukan para ulama’ ini dikenal alim, rendah hati, sabar, amanah, jujur, kharismatik dan dihormati. Kedalaman pengetahuan yang beliau miliki, sungguh patut untuk kita jadikan teladan dan kita contoh dalam kehidupan, kharisma Mbah Moen bukan hanya dikenal oleh orang di negeri ini, namun kerendah hatian beliau menjadikan banyak orang di luar negeri, banyak perguruan tinggi di luar negeri, banyak lembaga tinggi di luar negeri yang berebut ingin mendapat restunya untuk memberinya gelar Doktor Honoris Causa (HC). Namun, apa yang disampaikan Mbah Moen, beliau tetap menolak dan enggan untuk diberi gelar Doktor HC, sebaliknya beliau mengatakan bahwa lebih nyaman untuk tetap belajar, mengaji dan menyalurkan ilmu pengetahuan kepada santri-santrinya, yang jumlahnya ribuan.
Dua nama tersebut
di atas, sungguh jauh berbeda dengan kita, yang berebut gelar, bersusah payah
dan bahkan sampai berdarah-darah, agar mendapatkan gelar, yang kelak dapat
disandingkan dengan nama kita, di belakang dan bahkan di depan nama kita.
Deretan gelar itu menjadi kebanggan tersendiri, merasa dengan gelar itu kita
telah mampu berada pada deretan nama-nama tenar yang konon akan dihormati,
disanjung dan dielu-elukan banyak orang.
Allah Tuhan Yang
Maha Esa dan Maha Kuasa, menganugerahkan kelebihan, karomah dan bahkan mukjizat
kepada setiap hamba yang dipilih-Nya, mereka yang dikaruniai kelebihan itu
cenderung enggan menampilkan dirinya di depan publik, sebaliknya, sikap santun,
rendah hati, senantiasa meliputi diri mereka, menjadi jubah yang kemudian
menjadi pembeda antara mereka dengan manusia yang lain.
Pada awal
perjuangan Islam sampai masa kejayaannya kala itu, kita mengenal sosok Nabi dan
Rasul, yang sampai saat ini pengaruh, ajaran, akhlak, teladan dan uswah-nya
masih dapat dirasakan dan bahkan di lakukan oleh banyak orang, ia adalah Nabi
Muhammad, nabi dan rasul terakhir yang di utus Allah kepada segenap umat
manusia. Hiasan sifat siddiq, amanah, tabligh dan fathonah senantiasa
menjadi selimut dalam kehidupan beliau. Kemuliaan akhlaknya merupakan cerminan
misinya di dunia (li utammima makaarimal akhlak), uswah-nya
adalah teladan kehidupan yang tak akan pernah lekang oleh zaman.
Saat ini, kita
mengenal sosok Mbah Moen, ulama’ yang baik, rendah hati, bijaksana dan tanpa
pamrih. Lihatlah bagaimana orang berbondong-bondong mengharap restunya, mulai
dari mereka yang haus akan kekuasaan, sampai pada mereka yang ingin memberikan
gelar pada Mbah Moen. Kerendahan hati Mbah Moen patut menjadi teladan dalam
kehidupan kita, mempelajari dan bahkan mendalami serta mencontoh apa yang
pernah dilakukan Mbah Moen semasa hidup, yang baik, yang dapat mengantarkan
kita pada predikat manusia yang rendah hati dan mukhlis.
Manusia, selama
ia hidup, tak akan pernah lepas dan tak dapat dilepaskan dari masalah. Mulai
dari masalah kecil, sampai pada masalah rumit yang mungkin saja dapat
mengantarkan manusia pada tingkat stress dan bahkan maut. Manusia yang mampu
bertahan dalam terpaan masalah, adalah mereka yang dalam hidup memiliki
pegangan hidup, memiliki ‘jimat’ yang dijadikan landasan, sehingga setiap
masalah yang dihadapi, dikembalikan pada pegangan yang menjadi dasar
kepercayaannya dalam hidup.
Menjadi manusia
yang lolos dalam menghadapi setiap masalah, adalah mereka yang dalam hidupnya
terus belajar, bukan hanya semasa ia berada di bangku sekolah/kuliah, namun
selama nafas masih melekat pada raga dan jasadnya, maka semangat belajar itu
tak akan pupus dan bahkan senantiasa menggelora dan membara. Belajar bukan
hanya bergelut dengan bangku sekolah, buku, membaca buku, namun belajar dapat
dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari belajar berbagi disaat kekurangan,
belajar membaca lingkungan dan alam disekitar kehidupan, sampai pada belajar
dan mempelajari hal terkecil dalam hidup ini.
Batasan belajar
bukan terbatas pada saat capaian gelar telah memenuhi sesak nama kita, mulai
dari gelar di depan nama, sampai pada gelar di belakang nama, namun, belajar
dilakukan selama tubuh ini mampu bergerak, mampu berbuat walau kapasitasnya
amat sangat kecil.
Een Sukaesih,
adalah guru sekaligus pebelajar yang tak pernah kenal waktu, tak kenal usia,
tak kenal keadaan dan situasi. Almarhum dikenal sebagai pebelajar yang mampu
menginspirasi banyak orang, dalam keterbatasannya, ia tetap saja berbagi dengan
orang lain, terus mengajar dan menginspirasi banyak orang, memberikan sebagian
dan bahkan seluruhnya dari apa yang ia tahu, kepada anak-anak dan orang yang
membutuhkan. Sosok iniah yang seharusnya ada hingga kini, dan bahkan harus
melekat pada kita, sosok yang mampu untuk tetap bertahan belajar dengan
istiqomah, di tengah terpaan zaman dan perkembangan teknologi yang kian hari
kian menggila.
Menjadi pebelajar
yang tanpa batas bukanlah hal yang mudah, namun bukan pula sesuatu yang tidak
mungkin untuk dilakukan. Manusia pebelajar tanpa batas, cukup menjaga bagaimana
agar ia mampu untuk terus istiqomah dalam kemandiriannya, untuk terus belajar,
tanpa tergantung dan bergantung, tanpa terpengaruh pada orang lain, orang yang
ada disekitar pebelajar, orang yang akan membawanya pada rasa malas, yang
kemudian akan menghilangkan dan bahkan melenyapkan sama sekali, sifat istiqomah
yang dibangunnya dengan susah dan lelah.
Keteraturan dalam
hidup, pun akan mempengaruhi keberlangsungan pebelajar itu sendiri, maka tak
ada salahnya jika berlatih untuk menjadi manusia pebelajar tanpa batas, dengan
memperhatikan hal-hal kecil dan sederhana yang ada di sekitar kita, kemudian dilakukan,
dikerjakan dan diwujudkan dalam tindakan nyata, sehingga nampak hasil yang
nyata dan tidak kasat mata.
Pebelajar
tanpa batas, bukan semata menyalahkan keadaan, menghukum dan melimpahkan
kesalahan hanya pada seorang, ia bukan juga seorang yang gila gelar, pangkat
dan jabatan, manusia pebelajar tanpa batas adalah manusia yang mampu
mengendalikan keadaan dan bukan dikendalikan lingkungan, dialah manusia yang
kelak akan banyak menginspirasi banyak orang, dirindukan dan dielu-elukan
manusia sejagat, ditunggu kehadirannya dan bahkan dijadikan rujukan kehidupan.
SELAMAT BELAJAR.
0 komentar:
Post a Comment