Wednesday, 1 March 2017

MENJADI PELAJAR TANPA BATAS

KH. Maimun Zubair
Siapa yang tak kenal dengan KH. Maimoen Zubair, KH. Said Aqil Siradj, KH. Ma’ruf Amin, dan sederet tokoh penting negeri ini yang berasal dari kalangan ulama’, disamping tokoh-tokoh yang lain yang tak dapat diabaikan dan patut untuk dijadikan teladan dan guru kehidupan, sebut saja misalnya almarhum guru bangsa, KH.Abdurrahman Wahid. Mereka semua adalah orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan pemahaman agama yang luar biasa, aplikasi konsep ilmu agama dan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, sungguh mampu menyadarkan banyak orang akan pentingnya saling menghormati, mendahulukan kepentingan umum dan orang banyak dibanding kepentingan diri sendiri dan golongan, memberikan ruang yang cukup dan ruang yang sama kepada setiap orang untuk senantiasa mengembangkan bakat, pengetahuan dan bahkan pengembangan karir.
Teladan kehidupan para guru bangsa tersebut, selayaknya menjadi bahan muhasabah bagi kita semua, sampai sejauh mana kita bisa meneladai kearifan, kebijaksanaan, sikap dan akhlak yang beliau tampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita ambil satu atau dua nama dari sederet nama tersebut di atas, karena tidak mungkin bagi kita, membahas seluruh nama-nama tersebut, sedangkan ruang yang kita punya sangat terbatas.
Pertama, KH. Abdurrahman Wahid, tokoh Islam kharismatik, ‘nyeleneh’ dan kontroversial ini, telah banyak memberikan pelajaran penting pada bangsa dan Negara kita tercinta, sejak semasa beliau hidup, berkarya, memimpin negeri ini,
bahkan sampai beliau wafat, yang kehadirannya kini dirindukan oleh banyak orang.
Almarhum KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, menelorkan banyak pemikiran, konsep, pelajaran penting, pendapat dan ide brilian, sampai pada beberapa keputusan yang dapat mengantarkan banyak orang di negeri ini, pada taraf hidup yang baik dan luar biasa. Enam tahun memperingati hari wafat beliau, beberapa kajian, seminar dan kegiatan ilmiah digelar, guna mengenang jasa dan seluruh perjuangan beliau semasa hidup. Banyak orang yang berpendapat, bahwa walaupun Gus Dur sudah lama wafat, namun keberadaan beliau hingga kini masih dirasakan banyak orang. Satu contoh kecil, misalnya, setiap orang yang berziarah pada Sembilan Wali (wali songo), maka tempat terakhir yang dikunjungi oleh peziarah adalah makam Gus Dur. Contoh yang lain, di sekitar jalan masuk tempat Gus Dur di makamkan, banyak tumbuh dan menjamur penjual dan pedagang kaki lima, yang menjual pernak-pernik khas Gusdurian (penggemar Gus Dur), mereka pun merasakan manfaat yang luar biasa. Keberadaan Gus Dur di dunia, telah banyak memberikan pelajaran berharga kepada banyak orang, perjuangan kaum minoritas serta sederet perjuangan yang lain, yang kesemuanya sungguh benar-benar dirasakan oleh banyak orang, pun ketika beliau telah wafat dan meninggalkan dunia ini, keberadaan beliau masih saja dirasakan oleh banyak orang, terutama orang-orang yang berada di sekitar tempat beliau dimakamkan. 
Ke dua, KH, Maimoen Zubair, atau yang akrab disapa Mbah Moen. Ulama’ dan sekaligus orang yang menjadi rujukan para ulama’ ini dikenal alim, rendah hati, sabar, amanah, jujur, kharismatik dan dihormati. Kedalaman pengetahuan yang beliau miliki, sungguh patut untuk kita jadikan teladan dan kita contoh dalam kehidupan, kharisma Mbah Moen bukan hanya dikenal oleh orang di negeri ini, namun kerendah hatian beliau menjadikan banyak orang di luar negeri, banyak perguruan tinggi di luar negeri, banyak lembaga tinggi di luar negeri yang berebut ingin mendapat restunya untuk memberinya gelar Doktor Honoris Causa (HC). Namun, apa yang disampaikan Mbah Moen, beliau tetap menolak dan enggan untuk diberi gelar Doktor HC, sebaliknya beliau mengatakan bahwa lebih nyaman untuk tetap belajar, mengaji dan menyalurkan ilmu pengetahuan kepada santri-santrinya, yang jumlahnya ribuan.
Dua nama tersebut di atas, sungguh jauh berbeda dengan kita, yang berebut gelar, bersusah payah dan bahkan sampai berdarah-darah, agar mendapatkan gelar, yang kelak dapat disandingkan dengan nama kita, di belakang dan bahkan di depan nama kita. Deretan gelar itu menjadi kebanggan tersendiri, merasa dengan gelar itu kita telah mampu berada pada deretan nama-nama tenar yang konon akan dihormati, disanjung dan dielu-elukan banyak orang.
Allah Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa, menganugerahkan kelebihan, karomah dan bahkan mukjizat kepada setiap hamba yang dipilih-Nya, mereka yang dikaruniai kelebihan itu cenderung enggan menampilkan dirinya di depan publik, sebaliknya, sikap santun, rendah hati, senantiasa meliputi diri mereka, menjadi jubah yang kemudian menjadi pembeda antara mereka dengan manusia yang lain.
Pada awal perjuangan Islam sampai masa kejayaannya kala itu, kita mengenal sosok Nabi dan Rasul, yang sampai saat ini pengaruh, ajaran, akhlak, teladan dan uswah-nya masih dapat dirasakan dan bahkan di lakukan oleh banyak orang, ia adalah Nabi Muhammad, nabi dan rasul terakhir yang di utus Allah kepada segenap umat manusia. Hiasan sifat siddiq, amanah, tabligh dan fathonah senantiasa menjadi selimut dalam kehidupan beliau. Kemuliaan akhlaknya merupakan cerminan misinya di dunia (li utammima makaarimal akhlak), uswah-nya adalah teladan kehidupan yang tak akan pernah lekang oleh zaman.
Saat ini, kita mengenal sosok Mbah Moen, ulama’ yang baik, rendah hati, bijaksana dan tanpa pamrih. Lihatlah bagaimana orang berbondong-bondong mengharap restunya, mulai dari mereka yang haus akan kekuasaan, sampai pada mereka yang ingin memberikan gelar pada Mbah Moen. Kerendahan hati Mbah Moen patut menjadi teladan dalam kehidupan kita, mempelajari dan bahkan mendalami serta mencontoh apa yang pernah dilakukan Mbah Moen semasa hidup, yang baik, yang dapat mengantarkan kita pada predikat manusia yang rendah hati dan mukhlis.
Manusia, selama ia hidup, tak akan pernah lepas dan tak dapat dilepaskan dari masalah. Mulai dari masalah kecil, sampai pada masalah rumit yang mungkin saja dapat mengantarkan manusia pada tingkat stress dan bahkan maut. Manusia yang mampu bertahan dalam terpaan masalah, adalah mereka yang dalam hidup memiliki pegangan hidup, memiliki ‘jimat’ yang dijadikan landasan, sehingga setiap masalah yang dihadapi, dikembalikan pada pegangan yang menjadi dasar kepercayaannya dalam hidup.
Menjadi manusia yang lolos dalam menghadapi setiap masalah, adalah mereka yang dalam hidupnya terus belajar, bukan hanya semasa ia berada di bangku sekolah/kuliah, namun selama nafas masih melekat pada raga dan jasadnya, maka semangat belajar itu tak akan pupus dan bahkan senantiasa menggelora dan membara. Belajar bukan hanya bergelut dengan bangku sekolah, buku, membaca buku, namun belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari belajar berbagi disaat kekurangan, belajar membaca lingkungan dan alam disekitar kehidupan, sampai pada belajar dan mempelajari hal terkecil dalam hidup ini.
Batasan belajar bukan terbatas pada saat capaian gelar telah memenuhi sesak nama kita, mulai dari gelar di depan nama, sampai pada gelar di belakang nama, namun, belajar dilakukan selama tubuh ini mampu bergerak, mampu berbuat walau kapasitasnya amat sangat kecil.
Een Sukaesih, adalah guru sekaligus pebelajar yang tak pernah kenal waktu, tak kenal usia, tak kenal keadaan dan situasi. Almarhum dikenal sebagai pebelajar yang mampu menginspirasi banyak orang, dalam keterbatasannya, ia tetap saja berbagi dengan orang lain, terus mengajar dan menginspirasi banyak orang, memberikan sebagian dan bahkan seluruhnya dari apa yang ia tahu, kepada anak-anak dan orang yang membutuhkan. Sosok iniah yang seharusnya ada hingga kini, dan bahkan harus melekat pada kita, sosok yang mampu untuk tetap bertahan belajar dengan istiqomah, di tengah terpaan zaman dan perkembangan teknologi yang kian hari kian menggila.
Menjadi pebelajar yang tanpa batas bukanlah hal yang mudah, namun bukan pula sesuatu yang tidak mungkin untuk dilakukan. Manusia pebelajar tanpa batas, cukup menjaga bagaimana agar ia mampu untuk terus istiqomah dalam kemandiriannya, untuk terus belajar, tanpa tergantung dan bergantung, tanpa terpengaruh pada orang lain, orang yang ada disekitar pebelajar, orang yang akan membawanya pada rasa malas, yang kemudian akan menghilangkan dan bahkan melenyapkan sama sekali, sifat istiqomah yang dibangunnya dengan susah dan lelah.
Keteraturan dalam hidup, pun akan mempengaruhi keberlangsungan pebelajar itu sendiri, maka tak ada salahnya jika berlatih untuk menjadi manusia pebelajar tanpa batas, dengan memperhatikan hal-hal kecil dan sederhana yang ada di sekitar kita, kemudian dilakukan, dikerjakan dan diwujudkan dalam tindakan nyata, sehingga nampak hasil yang nyata dan tidak kasat mata.
Pebelajar tanpa batas, bukan semata menyalahkan keadaan, menghukum dan melimpahkan kesalahan hanya pada seorang, ia bukan juga seorang yang gila gelar, pangkat dan jabatan, manusia pebelajar tanpa batas adalah manusia yang mampu mengendalikan keadaan dan bukan dikendalikan lingkungan, dialah manusia yang kelak akan banyak menginspirasi banyak orang, dirindukan dan dielu-elukan manusia sejagat, ditunggu kehadirannya dan bahkan dijadikan rujukan kehidupan. SELAMAT BELAJAR.

0 komentar:

Post a Comment